Sabtu, 14 Desember 2013

Cerita kita

Diposting oleh Corrina Heparti Novsyiami di 12.26
Alahan Panjang, solok 
2.08 AM 15/12/2013.. pertengahan 1/3 malam, langit diluarpun masih gelap gulita. Masih lama menunggu subuh.


Suasana malam, hening, sepi dan sendiri memang suasana yang paling baik untuk melakukan muhasabah. Muhasabah terhadap diri sendiri, tentang dosa-dosa yang pernah terkerjakan, tentang amalan yang hanya sedikit, bagaimana kalau mati nanti, sendirian, gelap dan sempit. Ahh...

                Melihat seisi kamar, ah waktu cepat sekali rasanya berlalu. Rasanya baru kemarin saja mengenakan seragam biru sekarang sudah menjadi mahasiswa. Ah waktu cepat sekali rasanya berlalu. Dahulu kami masih bermain bersama, sekarang sudah terpisah jarak ribuan Km saja.
            
 Foto kenangan itu masih terpajang, rapi malah. Foto kita berempat, ketika sibungsu baru saja lahir ketika anak ketiga sudah terbiasa dipanggil adik. Kita berempat berfoto bersama dikamar rumah sewaan, waktu itu kami mengontrak dan sampai sekarangpun masih mengontrak. Kenangan indah bukan, kenangan bermain bersama, kenangan ribut bersama. Pokoknya semua tentang kita. Ah ternyata kita sudah dewasa saja.

Disudut lainnya, di tempat tidur bertingkat milik sisulung, memori coret-coretan nama masing-masing di papan tempat tidur masih terbekas indah. Nama kita berempat. Hari ini memori tentang kita terulang lagi. Memori tentang kita berempat. Kita yang selalu berbeda satu sama lain, kita yang selalu menghabiskan hari sampai pagi bercengkrama bersama, kita yang selalu punya kebiasaan berbeda, ini tentang kita.

Memori dengan sisulung, memori yang paling banyak terjadi. Jarak kami  1,5 tahun, dari kecil rasanya saya selalu menyusahkannya. Saya yang selalu menurut untuk main kerumah temannya, saya yang selalu memarahinya, saya yang selalu mengikutinya, saya yang selalu memaksakan kehendak dan dia yang mengalah. Kami mempunyai karakter bak langit dan bumi. Saya dengan karakter keras, kekanak-kanakan, pemaksa kehendak dan dia dengan karakter pengalah, dan penyabar. Dia orang yang tidak pernah meminta, kalau ditanya ingin beli apa, pasti jawabnya terserah. Sederhana sekali bahkan yang sampai hari ini pun masih begitu padahal sudah kuliah di kota kembang. Sederhana sekali tampilannya bahkan setiap pulang kerumah selalu dengan tas kecil yang bajunya yang jarang sekali bertambah, ketika ditanya dia hanya menjawab, “ah itu hanya fashion, yang penting masih bisa dipakai” walaupun saya tau seleranya tergolong elit. Sisulung mengajarkan saya banyak hal bahwa hidup jangan terlalu berobsesi, dahulunya saya sangat terobsesi terhadap apapun, tingkah lakunya yang biasa saja tapi membuat orang selalu sayang kepadanya itu yang selalu saya coba aplikasikan. Dia juga mengajarkan bahwa sayang itu sederhana, dia yang selalu rutin mengajak sibungsu bermain ketika dia pulang, dia yang selalu memperlakukan orang dengan cara baik. Saya selalu merasa dia lelet sekali, padahal memang karakter dia yang melankolis, kerja lambat tapi teliti. Dia terkenal tidak pernah membantah dan tidak pernah menunjukan wajah yang tidak suka ketika dimarahi. Susah sekali mencari orang seperti ini.

                Sisulung saat ini sedang berkutat dengan tugas akhirnya, saya sangat tau rasanya jadi anak paling tua, selalu ditanya kapan selesai, ditanya sehabis ini mau kemana ? ah saya yang paling sering memang menanyakan hal itu. Sepertinya dia sudah mulai malas bertelfonan dengan saya, soal.a pertanyaannya selalu tentang itu padahal banyak hal yang ingin kami bicarakan. Walaupun begitu tetap semangat dengan tugas akhirnya, semoga cepat diselesaikan soalnya saya ingin main kebandung lagi, yang penting kerja ditingkatkan dan amalpun ditingkatkan. Kami menunggu Togamu Muhammad Rizki Novsyiami

                Kemudian tentang anak ke 3. Dari kecil sudah terbiasa dipanggil adik, merasa sudah menjadi yang paling kecil. Memori tentangnya selalu  mengenai kami berselisih paham. Dari kecil kami jarang sekali akur, kami selalu membully satu sama lain. Karakter kami sama-sama keras kepala. Namun hal ini membuat kami dimasa ini saling memengerti. Dia merupakan yang paling sering saya ‘teror’ mulai dari dia awal masuk SMA. Meneror dengan segala deretan yang harus dikerjakannya selama SMA, kamu harus ini, kamu harus ikut ini, kamu harus mengambil ini nantinya dan segala keegoisan saya.  Sebenarnya hal ini sangat tidak baik, anak dimasa berkembang, jangan dituntut hal yang tidak sama dengan minat dan bakatnya, biarkan mereka menemukan sendiri passionnya. Dia yang selalu saya susahkan ketika kuliah ini, antar sana, antar sini ketika dirumah dan banyak hal menyusahkan lainnya.  Sekarang dia sedang kelas 3 SMA saja, ah memang waktu cepat berlalu. Pesan saya : semangat mengerjakan UAN, bersungguh-sungguh dan pilihlah universitas dengan jurusan yang sangat sesuai dengan bidang kita.  Bukan apa kata orang, tapi apa kata bakat dan minat kita. Tidak ada jurusan yang jelek, yang penting bagaimana kita mengembangkan diri disana. Dia Muhammad Iqbal Novsyiami

                Yang terakhir tentang sibungsu. Sibungsu yang ADHD / Hiperaktif, dari kecil sudah terlihat lincahnya. Dia yang paling kami sayangi, dia yang selalu bermain komputer dengan game kesukaanya, dia yang sangat menyukai sate, dia yang suka touring, dia yang senang sekali menghafal nama tempat, dia yang selalu bersungguh-sungguh terhadap hal baru, selalu menyukai tantangan dan ini tentangnya. Dia dengan segala keterbatasannya yang tidak mau pergi sekolah tapi anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi setelah sisulung. Dia anak yang tidak pernah takut dimarahi. Semenjak kecil rezekinya ada-ada saja. Dia yang sedari kecil sampai sekarang sering ditinggal. Kami menyayangimu Muhammad Ikhsan Novsyiami.


Ini cerita tentang kita. Kita yang  setiap pagi minggu standby memonton kartun. Kita yang  setiap pagi makan bersama dan menebar nasi disepanjang rumah. Kita yang selalu mencari hal baru. Kita yang selalu bermain game bersama. Kita yang selalu curhat bersama sampai pagi. Kita yang selalu bekerja bersama apabila ada orderan.  Ini semua tentang kita. Walaupun nanti kita telah terpisah jarak. Pastikan hati kita tetap untuk kita, pastikan apa yang kita buat adalah yang bisa membanggakan ayah dan ibu. Saya kadang sangat berdosa, kadang terlupa mendo’akan mereka. Semoga kita dapat berkumpul nanti dijannahnya Allah dalam suatu keluarga yang utuh lagi. Tentang kita abang, corri, adik dan ikhsan. Mari kita buat bangga Ayah dan Ibu.

1 komentar:

 

Segores Tinta, Sekeping Hati, Mujahidah Sejati Blog by Corrina | Facebook