“Satu persatu mereka berkata goodbye
kepada kita. Ah satu persatu mereka sudah menjauh saja dari kita. Jalan ini
memang sangat rumit, bermisteri dan butuh kesabaran. Namun jalan ini juga
memberikan kebaikan dan kedudukan yang mulia disisiNya. “
Mari kita flashback sebentar.
Dimasa pertama kita dikenalkan dengan jalan ini. Ditengah kegalauan hati,
ditengah kekusutan jiwa. Jalan ini hadir kepada kita, membawa modal
perintahNya. Satu persatu kita ditariknya masuk, ikut bergabung dan ‘terlanjur’
dalam kita mengikutinya. Kita yang dahulu sama-sama berharap agar ‘rumah’ kita
bisa madani. Kita yang dahulu sama-sama berjuang, siang malam, letih dan lelah
toh bersama dialami. Sekarang ketika kita telah hampir mendapatkan seperempat
kemadaniannya. Satu persatu dari kita pergi menjauh. Entahlah mungkin pergi
mencari ‘rumah’ baru. Mencari kehidupan lain yang lebih menyilaukan pandangan
dan sudah tidak mau lagi bertanya tentang jalan kita ini.
Kita pasti sangat mengetahui. Ada diantara kita
yang merasa sudah lelah, letih, capek dan lainnya namun demi jalan ini dia
terus tampak tegar. Ada diantara kita yang sedari awal tidak cocok ditempatkan
disuatu bagian, namun hanya karena dia berharap ridhoNya, dia hanya tersenyum tipis,
menyembunyikan tangis yang kapan saja bisa pecah. Ada diantara kita yang ingin
sekali masuk kesuatu bagian, namun karena ingin mendukung yang lain, dia
merelakan mimpi-mimpi indah yang pernah terajut. Ada diantara kita yang rela terkena
fitnah, dihujat dan dicaci, kita pernah tau itu ? Ada diantara kita yang ingin sekali
mewujudkan keinginan hati kecilnya, lagi-lagi demi jalan ini, dia hanya bisa
bersabar. Entahlah mungkin banyak diantara kita yang punya keluhan yang sama
dan sama-sama pandai menyembunyikan wajah kesedihan berganti dengan wajah ceria
yang dipaksakan.
Kita sama-sama paham. Kita
berjuang dijalan ini dengan jumlah yang sangat sedikit dari ‘post-post’ lain.
kita yang sedikit dan harus mengurus semuanya. Diikutkan dalam semua bagian.
Capek ? tentu. Bosan ? pasti. Jenuh ? apalagi.
Kita yang sama-sama mencoba memahami yang lain lain. Berharapa agar
sesama kita tidak ada yang saling terzholimi. Walaupun entahlah, dibelakang
kita saling menangis.
Kemudian satu persatu
ujian datang kepada kita. Entah itu ujian harta, tahta dan lawan jenis.
Semuanya hadir dan sama-sama menguji kita. Satu persatu kita pergi karena ujian
terlalu berat dan kabar baiknya banyak yang masih ingin bertahan walaupun
mereka berkali-kali terkena cobaan.
Mungkin keinginan kita
melepaskan diri dari ‘rumah ini’ bisa jadi karena kelalaian kita yang tidak
lagi menjaga amalan yang dahulu selalu menjadi pagar utama kita. Sudah ‘murah’
saja terhadap sesuatu. Bahkan sesalnya lupa terhadap prinsip yang pernah
sama-sama kita ketahui dan pahami. Disaat kita diuji, jarang sekali dari kita
yang memilih mendiskusikannya dengan sesama kita. Mereka malah lebih nyaman mengumbarnya
dengan orang lain. Padahal sesama kita
sedang menunggu. Berita apa yang akan dibawa oleh saudara kita agar bisa
dipecahkan bersama.
Ketika sesama kita dikenai isu buruk.
Kita yang lain menunggu bahwa berita buruk itu tidak benar, kita merasa
mereka tidak akan mungkin begitu. Begitulah saling huznudzonnya kita.
Kadang kita juga lalai
sekali, lalai terhadap keadaan. Terlena saja dengan kondisi ‘aman’ yang jalan
ditempat. Sudah lupa dengan tujuan awal.
Sudah lupa bahwa kita ‘disini’ untuk apa. Sudah lupa bahwa ada orang yang
selalu berkorban agar kita mendapat kenyamanan. Yang selalu terinjak dan
terzholimi. Kita lupa karena kita sudah asyik dengan dunia baru yang lebih
menggiurkan pandangan, lebih menyenangkan hati. Atau mungkin saja amanah
kita yang terlalu berat yang membuat kita lupa bahwa kita diamanahkan untuk
apa. Sehingga kita senang mencari hal-hal pelampiasan kepenatan diamanah kita
yang kadang-kala sangat jauh dari prinsip kita.
Mungkin bisa jadi juga keluarnya mereka dari gerbong ini karena tidak
sukanya mereka dengan “sistem” ini. Sistem ini memang belum sempurna. Jauh
sekali bahkan. Namun sebagai orang yang pernah paham alangkah bijaknya jika
kita memperbaiki yang salah tanpa harus meninggalkan semuanya.
Mereka yang pergi dan entah kapan akan kembali. Ah.. Mereka ternyata sudah
pergi saja, jauh meninggalkan kita. Meninggalkan kita dengan misterinya,
meninggalkan kita dengan kondisinya yang ternyata ah sudahlah, mereka
sudah lupa dengan prinsipnya
sendiri.
Bagi mereka yang telah pergi dan akan
pergi. Semoga saja suatu hari nanti Allah berkesempatan, mengetuk lagi hati
mereka, melunakkan hati kita yang sudah terlanjur keras karena dosa yang
bertambah dan amal yang semakin sedikit saja. Karena percayalah, sekali kita
keluar entah kapan lagi Allah akan bersedia memanggil kita sebagai JUNDInya.
ENTAH KAPAN! dan tentu saja kita masih menunggu mereka kembali. bersama lagi
membangun peradaban yang diimpikan. wallahu’alam bishawab, sedikit renungan
untuk diri sendiri.
Tulisan ini juga dimuat di dakwatuna.com
http://www.dakwatuna.com/2014/02/11/46085/goodbye/#axzz2t6icZneu
Tulisan ini juga dimuat di dakwatuna.com
http://www.dakwatuna.com/2014/02/11/46085/goodbye/#axzz2t6icZneu
0 komentar:
Posting Komentar