Diantara banyak ‘terminal’ kendaraan, yang paling saya senangi ialah bandara. Mungkin karena rasa penasaran saya yang sangat kepada bandara sedari kecil dan baru terealisasikan ketika besar. Bandara selalu memberikan cerita uniknya tersendiri. Mulai dari perkenalan saya dengan bandara sampai pengalaman saya harus menginap dibandara.
Fokus
cerita saya kali ini ialah tentang urusan inap-menginap dibandara. Mungkin bagi
sebahagian teman-teman lain sudah sering mengalami hal ini, tidur dan terlelap
dibandara. Namun bagi saya ini adalah pengalaman pertama.
Baiklah
cerita ini dimulai tepat pada tanggal 27 Agustus 2014 pukul 22.00. Selepas
mendaratnya pesawat Malaysia Airlines dengan penerbangan Kuala Lumpur –
Jakarta. Kami para delegasi Nusantara Leadership Camp saling peluk haru dan
mengucapkan kata-kata perpisahan kepada semua delegasi terbaik yang telah membersamai di beberapa hari dengan
kenangan yang luar biasa (penasaran dengan cerita ILC- NLC ditunggu ya - aduh ini cerita sudah 1 bulan masih belum
rampung). Kami saling berpamitan, meminta maaf dan saling memanjatkan harapan
agar dapat dipertemukan didalam forum luar biasa berikutnya.
Satu
persatu diantara kami pergi menuju peraduan masing-masing, ada yang menunggu
damri, ada yang dijemput dan tak sedikit yang menggunakan taksi. Awalnya pada
saat itu saya ingin ke Tangerang, ketempat saudara yang sudah lama tidak
dilihat namun karena beliau baru saja pindah rumah, niat itu dibatalkan.
Akhirnya saya menuju terminal
penerbangan domestik 1B dari terminal kedatangan International menggunakan
taksi karena bus yang biasa mengangkut penumpang antar terminal sudah jarang
datang karena sudah malam .
Suasana Malam Soekarno Hatta : Foto diambil dari kompasiana |
Sesampainya
diterminal 1B hawa kehidupan di Soe-ta masih terasa. Walaupun banyak yang
tergeletak tak berdaya (tidur) di lantai-lantai sepanjang pintu keberangkatan.
Ternyata pintu keberangkatan belum dibuka dan baru akan dibuka pada puku 3.30
pagi. Pada saat itu waktu menunjukan pukul 12-an, saya bergegas mencari tempat
penjualan tiket maskapai penerbangan mahasiswa (itu lho maskapai penerbangan
yang harganya cocok dikantong mahasiswa, hee- pasti sudah tau itu apa) dan
WHAT? TUTUP. Saya tidak tau sama sekali kalau tempat penjualan tiketnya akan
tutup. Disana saya sendiri dengan bawaan yang satu troli full, tiket juga belum bisa dibeli. Sebelum berangkat saya memang
belum sempat beli tiket balik kepadang karena waktu kepulangan yang pada saat
itu belum pasti. Jadi saya memang berniat beli tiket onthespot.
Salah satu spot dibandara. Foto diambil dari kompasiana |
Saya
berkeliling mencari tempat duduk yang bisa dihuni. Semuanya penuh. Akhirnya saya
berlabuh ditoko makanan yang menyajikan popmie rebus. “apapun yang terjadi
popmie tetap idaman” haa, sembari mencoba membeli tiket online dari HP namun
pada saat transfer uang, ATM saya ditolak karena tidak bisa melakukan transfer untuk
membayar tiket dari ATM muamalat di
mesin ATM lain. Lagi-lagi saya harus menganggu orang tua dan abang saya dimalam
hari. Abang saya dengan secepat kilat ke ATM untuk membayarkan tiket yang juga
sudah dibookingkannya terlebih dahulu dan tentu saja orangtua saya pada saat
itu tidak kalah cemasnya, “anak gadis satu-satunya (penting bilang satu-satunya
:p) – sendirian – malamhari – di Bandara”. Setelah nomor booking didapat saya berkeliling
jalan-jalan dengan menggandeng troli dan duduk dikerumunan ibu-ibu, mungkin
karena memang penerbangan pagi itu (pukul 6.00 pagi) ke Padang dan palembang
maka ibu-ibu yang berkerumun itu dapat ditebak dari logatnya. AHA – PADANG eui.
Setidaknya rasa khawatir saya menghilang
– MASIH URANG AWAK JUO KIRONYO.
Sembari
melihat sekeliling, dengan batrai HP yang mulai menipis dan waktu masih
menunjukan pukul 2 pagi, saya kembali menggandeng troli, berjalan-jalan di
sepanjang pintu keberangkatan soekarno-hatta. Melihat sisi lain soekarno-hatta yang katanya
perwajahan transportasi udara di Indonesia. Pembangunan infrastruktur
disana-sini, kondisi malam yang berbeda memang mengajarkan kita bahwa masih
banyak sisi lain Indonesia yang perlu uluran anak muda untuk pembenahan dan
perbaikan kedepan - maka idealnya anak
muda harus bekerjakeras membangun bangsanya – jangan lebay apalagi alay.
Pilihan
terakhir saya dari keliling-keliling itu
ialah ruangan ibu-anak yang tersedia
disetiap bandara. Dan seperti dugaan saya ruangan ibu –anak selalu memiliki
fasilitas lengkap yang disana kita bisa tidur barang sejam atau dua jam. Nah
bagi teman-teman perempuan yang akan menginap dibandara selain mushala / mesjid
sebagai tempat persinggahan juga bisa memanfaatkan fasilitas ruangan ibu – anak.
Setelah sedikit meluruskan punggung saya
kembali memperhatikan jam. Sudah jam 4.00. Dengan modal cuci muka saya kembali
ke pintu keberangkatan. Disana sudah antri orang-orang yang punya kepentingan
sama melanjutkan kehidupan ditujuan masing-masing.
Kondisi langit ketika mentari pagi menyingsing : Foto dokumentasi pribadi :D |
Kenapa
pada saat itu saya mati-matian dengan pesawat pagi ? – sampai harus menginap
dibandara ialah karena ingin tutorial pagi harinya - jam 8.00, karena
sebelumnya pada hari selasanya saya sudah izin tutorial karena masih di
Malaysia. Nah sebagai anak yang baik dan patuh pada peraturan yang hanya boleh
izin tutorial satu kali saja (ceile) saya berniat harus sampai padang sepagi
harinya. Walaupun pada kenyataannya saya tidak jadi ikut tutorial karena sampai
Padang jam 8.00 (berangkatnya lebih molor dari jadwal, yang estimasi
kedatangannya bisa jam 7.20) serta bagasinya lama keluar dan jarak bandara yang
jauh ke kosan saya membuat saya pagi itu membatalkan diri ikut karena tutorial,
karena kalaupun datang pasti tutorial juga sudah selesai dan sebagai bonusnya saya
harus mengerjakan tugas tutorial lengkap tapi walapun tidak jadi tutorial pagi
itu, saya bersyukur ada pengalaman menarik yang tidak bisa dilupakan.
0 komentar:
Posting Komentar