Apa momen yang paling bahagia menurutmu ? bagi saya adalah puasa dan lebaran idul fitri. Karena pada masa ini rata-rata anggota keluarga kita akan berkumpul dan sejenak melepas rindu yang lama terpatri.
Ya benar, rindu pada saudara yang telah membersamai kita dan menghabiskan
masa kecil bersama. Namun biasanya selepas lebaran, satu persatu akan kembali
ke rantauan masing-masing tapi tak apa, demi masa depan yang lebih cerah kenapa
tidak.
Saya ingin bercerita tentang perjalanan saya dari Padang – Jakarta
bersama abang tercinta. Tujuan kami sama-sama Jakarta walaupun tujuan akhirnya
berbeda. Kami memutuskan membeli tiket bersama untuk kejakarta. Beliau
melanjutkan kehidupan diBandung dan saya melanjutkan misi di Universitas
Indonesia. Mungkin ini kebiasaan kami. Sesekali bertemu maka akan ada rentetan
cerita yang akan kami bagi. Mulai dari politik, ekonomi, kesehatan dan entah
apa saja yang penting kami tidak akan pernah berhenti untuk berbicara.
Pesawat yang kami tumpangi berjadwal jam 3 sore. Kami berangkat dari jati
jam 1 siang. Saya sangat senang kala itu karna semua keluarga kurang adek saya
yang nomor 3 pergi mengantarkan kami kebandara. Walaupun sebenarnya jarak solok
– padang tidaklah begitu jauh. Namun keluarga akan tetap dirindukan dimanapun
berada. Karena sejatinya keluarga adalah segalanya.
Sesampainya dibandara, kami cek-in terlebih dahulu. Memasukan
barang-barang besar ke bagian bagasi. Suasana BIM lumayan ramai mungkin karena
siang itu ada sekitar 4 penerbangan yang akan lepaslandas sekaligus. Selepas
cek-in kami sekeluarga duduk dianjungan pengantar yang sekarang dilengkapi
tempat duduk dan kami dapat melihat pesawat yang datang dan pergi dari sana.
Mungkin tempat duduk ini memang jadi spot sendiri di BIM. Karena banyak juga
yang seperti kami menanti saudara yang akan berangkat sembari bercerita.
Menatapnya lamat sampai ujung pesawat hilang diatas langit.
Waktu berjalan sesuai koridornya. Sekarang giliran pesawat kami yang akan
berangkat. Setelah bayar airporttax panggilan
untuk pesawat kami datang. Pada saat ingin masuk (bagian cek tiket terakhir) abang
saya yang membawa kardus oleh-oleh diminta kembali ke bagian bagasi karena
ukuran kardus yang katanya tidak sesuai dengan kabin pesawat, padahal pada saat
pulang dari bandung dengan ukuran kardus yang sama, aman-aman wae toh. Tentu
saja kejadian ini merepotkan penumpang lain yang juga bernasib sama. Karena
menurut saya ini tidaklah efektif, maka saya komen sama mbak-mbak yang merobek
tiket penumpang sebelum masuk kepesawat. Karena menurut saya seperti ini, seharusnya
dibagian bagasi, petugasnya bertanya dengan benar, ada barang lagi atau tidak
dan melihat barang mana yang akan dibawa penumpang kekabin ketika tidak ada
barang kata penumpang, sehingga penumpang tidak diminta bolak-balik karena pengetahuan
penumpang yang tidak sampai ke arah barang mana yang boleh dan tidak boleh. Ya sing sabar ya mbak, jadi pelayan
publik itu susah, harus siap kena maki, termasuk kena kritik dari saya :p
Seperti biasa perjalanan padang – Jakarta ditempuh dengan waktu 1,45
menit. Diatas pesawat kami menceritakan banyak hal. Mulai dari perkuliahan, ah
saya mau S2 disini, mau ambil ini, mau jadi ini, mau buka ini, komplit sudah.
Kembali kemasa lampau dimana setiap ada kesempatan kami pasti merenda cerita
tentang masa depan, menertawakan kebodohan masing-masing, menertawakan impian
konyol masing-masing. Bercerita panjang lebar dan tak terasa sudah sampai di Soe-ta. Pada saat itu waktu
menunjukan pukul 5 sore dan karena saya ada kegiatan yang berbarengan dengan
delegasi lain dari luar kota yang datang pada pukul 8 malam. Kami (saya dan
abang) menunggu di Soe-Ta sampai pesawat beliau datang.
Sembari menunggu pesawat teman saya yang sama-sama peserta pada kegiatan NLC
(nusantaraleadershipcamp), kami memutuskan mengisi perut di Pujasera terminal
IB Bandara Soe-Ta. Kami berkeliling masuk serta memilih tempat yang cocok.
Setelah melihat banyak jenis makanan kami memutuskan duduk di stand makanan jepang. Kami memilih banyak makanan dan tentu saja
abang saya yang bayar. Saya sering ditraktir beliau. Dengan dalih “ah sesekali
makan makanan mahal, ngak apa-apa kan ya ?” atau “ sini ditraktir, kapan corri
makan yang kayak gini lagi” ya, tau aja
kalau saya adalah bukan tipe food
traveler, dipadang spot tempat makan
selalu itu-itu saja. Jarang hunting
makanan. Pulang kampus baru magrib.
Kapan mau pergi makan ?. Sebenarnya kasian diduitnya. Lebih baik uangnya
untuk insert kegiatan / lomba apa.
Teh jepang yang gratis didapatkan kalau kita makan ditempat |
Part 1 : Ramen : tapi menurut saya rasanya kok kayak soto ya ? haa lidah Indonesia banget |
Stand Makanan jepang yang masih mentah |
Part 2 : es puter / es apa ? lupa namanya |
Part 3 :ayo siapa yang tau namanya ? ini terkenal disalah satu kartun |
Tagihan :) |
Setelah mengantarkan saya bersama sahabat baru dari NTB abang saya segera
berlari-lari kecil karena primajasa tumpangannya akan segera berangkat. Dia
pergi sembari saya menatap punggungnya hilang dari PO Damri. Insya Allah kita
akan bertemu pada saat Toga sudah diatas kepala bukan ?
Maka ini adalah pesan untuk seseorang yang menghabiskan harinya di Bandung
dan juga di Aceh. Maka jadilah yang terbaik dimanapun berada. Jangan begitu
larut dengan dunia. Karena apapun itu dunia hanyalah sesaat yang bisa saja
binasa seketika. Maka jadilah yang diharapkan oleh semuanya. Pulang dengan
cerita pengalamannya. Mengukir prestasi dan tentunya kami disini akan terus
mensupport apapun itu selagi itu adalah kegiatan positive. Karna hidup apalagi
kuliah Cuma sebentar rugi donk kalau ngak
dimanfaatkan dengan kebaikan dan pencapaian yang maksimal.
Ini sebenarnya adalah tulisan terlama yang pernah saya buat. Rasanya kemampuan
menulis saya membeku karena sudah lama tidak diasah. Ah ya sudahlah mari kita
lelehkan kembali dengan semangat.
Dengan sebait
do’a kerinduan dan penuh harapan semoga yang disana baik-baik saja . Selamat Hari Raya Idul Adha :) semoga kedepannya kita lebih baik :D
0 komentar:
Posting Komentar