Sabtu, 25 Juli 2015

Pesona RANAH MINANG nan Memudar

Diposting oleh Corrina Heparti Novsyiami di 04.04


BH, BK, BD, BG, BM, F, D, B dan lain-lain. sekurang-kurangnya itulah plat kendaraan yang berlalu lalang di Sumatera Barat akhir-akhir ini, kebanyakan pemilik kendaraan sedang “pulang kampuang” dan menghabiskan waktunya di bumi Sumatera Barat setelah 11 bulan lelah “mancari untuang” dinegeri orang. 
Arus Mudik Sumatera Barat
Sumber : antarasumbar/com


Tiket dari dan ke Padang juga melonjak tajam dibandingkan dengan daerah lain. Ini artinya budaya rantau orang minang “ndak lakang dek paneh- dak lapuak dek hujan” jumlah orang minang yang banyak inilah yang membuat Sumatera Barat terasa sesak dan sempit selama musim mudik berlansung. Selain bersilaturahmi sebagai tujuan utama - pemudik juga tidak mau melewatkan kesempatan mengunjungi dan menikmati keindahan alam Sumatera Barat yang terkenal “melimpah ruah”. Kau tau kawan jalan lintas biasa yang dikelilingi padi menguning dan batang kelapa yang berjejer rapi sudah menjadi spot foto tersendiri bagi pemudik. 4 Danau disertai Gunung, bukit, kebun teh serta tebing-tebing disekitar jalan utama mampu memanjakan mata pemudik. Belum lagi wisata pantai disertai pulau kecil dengan pasir putih dan pemandangan bawah laut yang membuat siapa saja berdecak kagum. Itu baru pariwisata alam. Jangan lupakan jam gadang dan istana pagaruyuangnya. Ah Sumatera Baratku memang indah, asri, elok dan permai.

Danau Maninjau
Sumber : Dokumentasi pribadi
Salah satu pantai di Pariaman
Sumber : Dokumentasi Pribadi


Sunset dibelakang rumah
Sumber : Dokumentasi pribadi

                Sudah cukup kagum dengan Sumatera Barat ? Pernah ada yang bertanya kenapa sudah sebanyak itu keindahan Sumatera Barat membuat Sumatera Barat menjadi provinsi yang begitu-begitu saja ? Walaupun upaya pemerintah mempromosikan Sumatera Barat melalui event tour de singkarak yang sudah dihelat bertahun-tahun perlu diingat –tapi tetap saja pariwisata Sumatera Barat belum terjamah secara maksimal.

Kalau kita berbicara mengenai pariwisata Sumatera Barat banyak sekali yang perlu diperbaiki - setidaknya poin-poin dibawah ini adalah keluhan yang dirasakan penikmat pariwisata dan membuat mereka “enggan” untuk kembali sering-sering diwaktu luang 

  •   Premanisme

Premanisme bukan hal baru lagi. Tempat pariwisata yang tidak begitu diurus oleh pemerintah daerah (bahkan yang sudah diuruspun masih ada) lansung akan beralih tangan kepada “urang bagak” yang seolah tempat pariwisata itu adalah tempat pribadinya. Menetapkan tarif masuk dan tarif parkir kendaraan yang tinggi. Dalih mencari keuntungan karena banyaknya orang yang hadir padahal sebenarnya praktek seperti ini justru hanya akan membuat orang tidak ingin untuk kesana lagi. Padahal konsep bisnis pariwisata adalah keberlanjutan dan adanya peningkatan  pengunjung.

Ilustrasi :
Disuatu sore dihari raya- pengunjung ramai memadati sebuah pantai
“Buk berhenti sebentar” kemudian beberapa orang anak muda melihat kedalam mobil yang diisi 3 orang “Bayar 40ribu buk” sambung anak muda tersebut  (mobil yang dipakai plat luar Sumatera Barat). “ma tiket masuaknyo diak ?” “eh” si anak muda kaget karena dianggap yang ditanyai orang luar Sumatera Barat. “Tiket masuaknyo ndak ado buk, kalau lewat dari jam 4 sore sado biaya masuak untuak kami” (sembari menunjuk anak muda dan beberapa orang temannya yang sudah sibuk menanyai mobil lain) “kalau ndak ado tiket masuak ndak jadilah” siibu berbalik badan dan tidak jadi masuk.

  • .       Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh orang sekitar tempat pariwisata kadang tidak bersahabat. Hal ini banyak dikeluhkan. Mulai dari pelayanan dari pihak pengelola, pedagang disekeliling yang suka memberikan harga “tidak manusiawi” atau dari segi penggunaan bahasa dan sopan santun yang kadang kurang bersahabat. Lagi-lagi saya ingin bilang konsep bisnis pariwisata adalah keberlanjutan dan adanya peningkatan  pengunjung.


  • .       Fasilitas pokok

Suatu area yang dikunjungi oleh banyak orang harus mempunyai fasilitas dan sarana yang memadai. Fasilitas pokok yang harus dipunyai seperti mushala, kamar mandi, tempat sampah, pusat informasi, tempat istirahat dan lainnya kadang lupa atau bahkan tidak ada yang berakibat kepada ketidaknyamanan pengunjung

Sumber : kaskus.co.id



  • .       Fasilitas penunjang

Selain fasilitas pokok juga ada fasilitas penunjang  yang harus dipenuhi agar orang tertarik untuk datang ketempat pariwisata kita. Mungkin efek game roller coaster yang saya mainkan beberapa hari ini, membuat saya berfikiran bahwa ketika ingin memaksimalkan pariwisata Sumatera Barat, di beberapa bagian juga harus ditingkatkan fasilitas penunjang. Yang nanti imbasnya ialah kenyaman dan kekhasan tersendiri bagi pariwisata Sumatera Barat.
Fasilitas penunjang yang bagus bahkan sebenarnya mampu memperbaiki kondisi sebenarnya tempat pariwisata tersebut.
                Saya ingat kata-kata seorang kawan asal satu Provinsi yang menurut penuturannya hanya dua daerah saja di provinsi tersebut yang mempunyai wisata alam yang biasa dikunjungi dan itupun berjarak 4 jam dari rumahnya – saya bergumam masih beruntung Sumatera Barat ya, hampir disetiap daerah bisa dijual pariwisatanya. “Tapi...” kata-katanya belum selesai. “walaupun didaerah kami  Cuma satu-dua, jumlah kunjungan disana masih tinggi dibandingkan pariwisata disini (Sumatera Barat-Red)” . “Disana, walau hanya ada satu –dua tempat, kami tidak hanya sekedar berpariwisata tapi juga banyak arena kegiatan yang disediakan sehingga pariwisata disana tidak hanya sekedar melihat-lihat tapi ada kegiatan lain yang dikerjakan”. Diakhir pembicaraan dia menuturkan lagi bahwa Sumatera Barat itu lemahnya disana, fasilitas pokok arena wisata saja kadang tidak lengkap, apalagi fasilitas penunjang yang dapat menambah jumlah pengunjung ? saya jadi ingat dengan kata-kata “kadang kalau awak kurang, awak akan sadar diri dan  barusaho untuak mamaksimalkan apo sajo yang awak punyo – Tapi kalau awak dilimpahi sesuatu tu alah balabiah-labiah, kadang awak lupo mamaksimalkannyo, acok ala kadarnyo seh” (perlu terjemahan ?)
                Bagi teman-teman yang pernah ke Padang Panjang via Padang pasti melewati daerah  waterboom mini disepanjang daerah dekat lembah anai. Padahal kegiatan tersebut hanya memanfaatkan “batang aia” yang ada disebelah lokasi dan hasilnya – 11 – 12 lah pengunjung disana dengan pengunjung di waterboom Padang Panjang, bisa jadi fasilitas penunjang yang saya maksud begitu adanya.

Nah ini waterboom mini yang saya maksud
sumber : https://jelajahsumbar.files.wordpress.com

  • .       Sampah

Ya namanya juga tempat yang dikunjungi  oleh banyak orang dalam waktu yang bersamaan, pasti sampah adalah hal yang pasti akan ditemukan dimana-mana. Sayang sekali dibeberapa titik pariwisata akibat tidak adanya tong sampah dan petugas yang mengurusi membuat sampah dapat dengan mudah ditemukan dan tentu saja mengurangi kecantikan tempat tesebut.

Ini yang menginspirasi saya dalam membuat tulisan - Sampah diDanau Maninjau
Sumber : Dokumentasi pribadi



“Konsep bisnis pariwisata adalah keberlanjutan dan adanya peningkatan  pengunjung. Kalau hanya dapat untung besar dihari lebaran saja dan hari berikutnya kosong – yo percuma” Padahal bisnis pariwisata ini adalah bisnis yang akan menguntungkan pemerintah daerah, masyarakat sekitar dan tentunya menguntungkan Sumatera Barat sendiri. Saya yakin mungkin plan-plan solusinya sudah ada tinggal menunggu eksekusinya dipercepat (mungkin tindakan nyatanya ada – mungkin saya saja yang tidak update – mungkin). “masa’ bantuak iko-iko seh taruih

Ondeh kritik ka kritik seh ma. Sok-sok an bana eh...


0 komentar:

Posting Komentar

 

Segores Tinta, Sekeping Hati, Mujahidah Sejati Blog by Corrina | Facebook