BH, BK, BD, BG, BM, F, D, B dan lain-lain. sekurang-kurangnya itulah plat kendaraan yang berlalu lalang di Sumatera Barat akhir-akhir ini, kebanyakan pemilik kendaraan sedang “pulang kampuang” dan menghabiskan waktunya di bumi Sumatera Barat setelah 11 bulan lelah “mancari untuang” dinegeri orang.
Arus Mudik Sumatera Barat Sumber : antarasumbar/com |
Tiket
dari dan ke Padang juga melonjak tajam dibandingkan dengan daerah lain. Ini
artinya budaya rantau orang minang “ndak
lakang dek paneh- dak lapuak dek hujan” jumlah orang minang yang banyak
inilah yang membuat Sumatera Barat terasa sesak dan sempit selama musim mudik
berlansung. Selain bersilaturahmi sebagai tujuan utama - pemudik juga tidak mau
melewatkan kesempatan mengunjungi dan menikmati keindahan alam Sumatera Barat
yang terkenal “melimpah ruah”. Kau tau kawan jalan lintas biasa yang
dikelilingi padi menguning dan batang kelapa yang berjejer rapi sudah menjadi
spot foto tersendiri bagi pemudik. 4 Danau disertai Gunung, bukit, kebun teh
serta tebing-tebing disekitar jalan utama mampu memanjakan mata pemudik. Belum
lagi wisata pantai disertai pulau kecil dengan pasir putih dan pemandangan
bawah laut yang membuat siapa saja berdecak kagum. Itu baru pariwisata alam.
Jangan lupakan jam gadang dan istana pagaruyuangnya. Ah Sumatera Baratku memang
indah, asri, elok dan permai.
Danau Maninjau Sumber : Dokumentasi pribadi |
Salah satu pantai di Pariaman Sumber : Dokumentasi Pribadi |
Sudah cukup kagum dengan
Sumatera Barat ? Pernah ada yang bertanya kenapa sudah sebanyak itu keindahan
Sumatera Barat membuat Sumatera Barat menjadi provinsi yang begitu-begitu saja
? Walaupun upaya pemerintah mempromosikan Sumatera Barat melalui event tour de singkarak yang sudah dihelat
bertahun-tahun perlu diingat –tapi tetap saja pariwisata Sumatera Barat belum
terjamah secara maksimal.
Kalau kita berbicara mengenai pariwisata Sumatera Barat banyak sekali
yang perlu diperbaiki - setidaknya poin-poin dibawah ini adalah keluhan yang
dirasakan penikmat pariwisata dan membuat mereka “enggan” untuk kembali
sering-sering diwaktu luang
- Premanisme
Premanisme
bukan hal baru lagi. Tempat pariwisata yang tidak begitu diurus oleh pemerintah
daerah (bahkan yang sudah diuruspun masih ada) lansung akan beralih tangan
kepada “urang bagak” yang seolah
tempat pariwisata itu adalah tempat pribadinya. Menetapkan tarif masuk dan
tarif parkir kendaraan yang tinggi. Dalih mencari keuntungan karena banyaknya
orang yang hadir padahal sebenarnya praktek seperti ini justru hanya akan
membuat orang tidak ingin untuk kesana lagi. Padahal konsep bisnis pariwisata
adalah keberlanjutan dan adanya peningkatan pengunjung.
Ilustrasi
:
Disuatu
sore dihari raya- pengunjung ramai memadati sebuah pantai
“Buk
berhenti sebentar” kemudian beberapa orang anak muda melihat kedalam mobil yang
diisi 3 orang “Bayar 40ribu buk” sambung anak muda tersebut (mobil yang dipakai plat luar Sumatera Barat).
“ma tiket masuaknyo diak ?” “eh” si
anak muda kaget karena dianggap yang ditanyai orang luar Sumatera Barat. “Tiket masuaknyo ndak ado buk, kalau lewat
dari jam 4 sore sado biaya masuak untuak kami” (sembari menunjuk anak muda
dan beberapa orang temannya yang sudah sibuk menanyai mobil lain) “kalau ndak ado tiket masuak ndak jadilah”
siibu berbalik badan dan tidak jadi masuk.
- . Pelayanan
Pelayanan
yang diberikan oleh orang sekitar tempat pariwisata kadang tidak bersahabat.
Hal ini banyak dikeluhkan. Mulai dari pelayanan dari pihak pengelola, pedagang
disekeliling yang suka memberikan harga “tidak manusiawi” atau dari segi
penggunaan bahasa dan sopan santun yang kadang kurang bersahabat. Lagi-lagi
saya ingin bilang konsep bisnis pariwisata adalah keberlanjutan dan adanya
peningkatan pengunjung.
- . Fasilitas pokok
Suatu area yang dikunjungi oleh banyak orang harus mempunyai
fasilitas dan sarana yang memadai. Fasilitas pokok yang harus dipunyai seperti
mushala, kamar mandi, tempat sampah, pusat informasi, tempat istirahat dan
lainnya kadang lupa atau bahkan tidak ada yang berakibat kepada ketidaknyamanan
pengunjung
Sumber : kaskus.co.id |
- . Fasilitas penunjang
Selain fasilitas pokok juga ada fasilitas penunjang yang harus dipenuhi agar orang tertarik untuk
datang ketempat pariwisata kita. Mungkin efek game roller coaster yang saya mainkan beberapa hari ini, membuat saya
berfikiran bahwa ketika ingin memaksimalkan pariwisata Sumatera Barat, di
beberapa bagian juga harus ditingkatkan fasilitas penunjang. Yang nanti
imbasnya ialah kenyaman dan kekhasan tersendiri bagi pariwisata Sumatera Barat.
Fasilitas
penunjang yang bagus bahkan sebenarnya mampu memperbaiki kondisi sebenarnya
tempat pariwisata tersebut.
Saya ingat kata-kata seorang
kawan asal satu Provinsi yang menurut penuturannya hanya dua daerah saja di
provinsi tersebut yang mempunyai wisata alam yang biasa dikunjungi dan itupun
berjarak 4 jam dari rumahnya – saya bergumam masih beruntung Sumatera Barat ya,
hampir disetiap daerah bisa dijual pariwisatanya. “Tapi...” kata-katanya belum
selesai. “walaupun didaerah kami Cuma
satu-dua, jumlah kunjungan disana masih tinggi dibandingkan pariwisata disini
(Sumatera Barat-Red)” . “Disana, walau hanya ada satu –dua tempat, kami tidak
hanya sekedar berpariwisata tapi juga banyak arena kegiatan yang disediakan
sehingga pariwisata disana tidak hanya sekedar melihat-lihat tapi ada kegiatan
lain yang dikerjakan”. Diakhir pembicaraan dia menuturkan lagi bahwa Sumatera
Barat itu lemahnya disana, fasilitas pokok arena wisata saja kadang tidak
lengkap, apalagi fasilitas penunjang yang dapat menambah jumlah pengunjung ?
saya jadi ingat dengan kata-kata “kadang
kalau awak kurang, awak akan sadar diri dan
barusaho untuak mamaksimalkan apo sajo yang awak punyo – Tapi kalau awak
dilimpahi sesuatu tu alah balabiah-labiah, kadang awak lupo mamaksimalkannyo,
acok ala kadarnyo seh” (perlu terjemahan ?)
Bagi teman-teman yang pernah ke
Padang Panjang via Padang pasti melewati daerah
waterboom mini disepanjang
daerah dekat lembah anai. Padahal kegiatan tersebut hanya memanfaatkan “batang aia” yang ada disebelah lokasi
dan hasilnya – 11 – 12 lah pengunjung disana dengan pengunjung di waterboom Padang Panjang, bisa jadi
fasilitas penunjang yang saya maksud begitu adanya.
Nah ini waterboom mini yang saya maksud sumber : https://jelajahsumbar.files.wordpress.com |
- . Sampah
Ya
namanya juga tempat yang dikunjungi oleh
banyak orang dalam waktu yang bersamaan, pasti sampah adalah hal yang pasti
akan ditemukan dimana-mana. Sayang sekali dibeberapa titik pariwisata akibat
tidak adanya tong sampah dan petugas yang mengurusi membuat sampah dapat dengan
mudah ditemukan dan tentu saja mengurangi kecantikan tempat tesebut.
Ini yang menginspirasi saya dalam membuat tulisan - Sampah diDanau Maninjau Sumber : Dokumentasi pribadi |
“Konsep bisnis pariwisata adalah keberlanjutan dan adanya
peningkatan pengunjung. Kalau hanya
dapat untung besar dihari lebaran saja dan hari berikutnya kosong – yo percuma” Padahal
bisnis pariwisata ini adalah bisnis yang akan menguntungkan pemerintah daerah,
masyarakat sekitar dan tentunya menguntungkan Sumatera Barat sendiri. Saya
yakin mungkin plan-plan solusinya sudah ada tinggal menunggu eksekusinya
dipercepat (mungkin tindakan nyatanya ada – mungkin saya saja yang tidak update
– mungkin). “masa’ bantuak iko-iko seh taruih”
Ondeh kritik ka kritik seh ma. Sok-sok an bana eh...
0 komentar:
Posting Komentar