Bagi aktivis muda tanah air tentu tidak asing lagi dengan cerita peristiwa pembangkit jiwa dan semangat muda. Beridealisme dalam mempertahankan tumpah darah Indonesia. Menumbangkan kekejaman rezim penguasa - menggulingkan dengan paksa dan meminta perubahan. Kita ambil contoh peristiwa Mei 1998. Siapa yang tidak tau dengan kisah ini ? muda dan tua sama-sama mengetahui peristiwa ini. Tentu saja dari banyak versi yang masih simpang siur
Peristiwa Mei 1998 |
Aktivis atau pada kali ini lebih saya generalkan menjadi mahasiswa. Dengan terminologi
orang-orang yang secara kemampuan analisa dan daya nalarnya berada pada jenjang
tertinggi, karena tidak ada sekolah yang lebih tinggi dari perguruan tinggi ?
CMIIW. Mempuyai beban dipundak mereka
untuk merombak dan membentuk negara seperti apa yang ideal dimata mereka ketika
mahasiswa, walau kadang dunia pasca kampus sedikit demi sedikit melunturkan
idealisme yang ada dan orang yang masih bertahan dengan idealisme justru yang
akan ‘terbuang’ duluan karena dianggap terlalu kaku.
Ketika
kita berbicara mahasiswa hari ini secara umum kadang yang terlihat hanyalah
sekumpul orang pelaksana kegiatan seremonial semata. Cenderung sebagai follower, istilah minangnya paiyo-an kecek nan banyak. Jarang diantara mereka yang mau maju tampil
didepan untuk memperjuangkan suatu keadaan yang lebih baik. Apatis. Tidak mau
tau, yang penting diri pribadi selamat dan masalah
buat L? Keapatisan bermula karena mahasiswa tidak mempunyai ‘tantangan’
yang harus dipecahkan. Isu-isu kenegaraan tidak lagi menjadi isu hangat
dikalangan mahasiswa. Malah isu hangat dikalangan mahasiswa hanyalah : “hallo gadget Gue baru lho” sehingga
mahasiswa saat ini yang dibesarkan oleh isu kecanggihan teknologi dan mode
nantinya dikhawatirkan hanyalah menjadi negarawan yang tidak mumpuni.
Saya
ingin bercerita tentang mahasiswa kedokteran gigi. Kalau dahulunya mahasiswa kedokteran
gigi digadangkan dengan pernyataan kurang sosial karena tuntutan akademik yang
tinggi namun sekarang tidak lagi. Tidak masanya lagi mahasiswa kedokteran gigi
hanya menjadi kutu buku dan tidak punya soft
skills yang harus diasah. Walaupun kesadaran seperti ini sudah mulai tumbuh. Seperti banyaknya pelaksanaan kegiatan
mahasiswa namun kembali lagi ke atas. Ruh mahasiswanya masih belum dapat.
Kita
sama-sama sadar. Bangsa Indonesia yang sama-sama kita cintai dengan segenap
tumpah darah ini. Mempunyai banyak problema dan kebijakan yang masih belum
ideal. Belum akan mensejahterakan semuanya. Begitu banyak faktor yang terlibat
dan terlalu banyak pihak yang bermain. Dunia kesehatan yang akan sangat erat
dengan kita nantinya pun masih punya segudang catatan kritikan, gunjingan dan
saran yang harus diperbaiki untuk perubahan kearah yang lebih baik.
Ketika
kita menompangkan sebuah harapan perubahan kepada mahasiswa kedokteran gigi
hari ini, maka sebenarnya kita telah menompangkan harapan perbaikan kesehatan
Indonesia kedepannya. Mahasiswa kedokteran gigi hari ini yang diharapkan mampu
menjadi anak panah yang siap dilempar kemana saja nantinya. Maka sudah
selayaknya mereka mampu membuat kebijakan efektif dan efisien untuk derajat
kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Dimanapun nanti akan
ditempatkan. Apakah nanti akan bertindak sebagai pejabat struktural atau
fungsional yang banyak pihak lakoni.
Semangat.
Hei pemuda singsingkan
lengan bajumu
Harapan negeri tersemat
dipundakmu.
Kita songsong masa
depan nan mulia
Ibu pertiwi menanti
langkah sucimu - Pemuda
Nama : Corrina Heparti
Novsyiami
Institusi : Universitas Andalas
Angkatan : 2011
Biro : Litbang
catatan : ini sebenarnya adalah tugas untuk seluruh peserta LKMMNas PSMKGI yang saya ceritakan kemarin. Karena ini dibuat dalam waktu 3 jam dan tanpa melalui proses editing yang panjang. wajar saja akan ditemui kekeliruan, analisa yang belum mendalam atau lainnya. Kritik dan sarannya ditunggu mbak dan mas bro
0 komentar:
Posting Komentar