Senin, 09 Juni 2014

Senioritas, Haree geneh ?

Diposting oleh Corrina Heparti Novsyiami di 19.29
senioritas, masih jaman ?


Tahun ajaran akan segera berakhir. SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sama-sama akan melakukan ‘regenerasi’ alias penerimaan mahasiswa baru. 1  bulan kedepan masyarakat akan disibukan dengan agenda pendaftaran ulang, bolak-balik sekolah baru dan mengikuti rentetan kegiatan mahasiswa baru lainnya.

            Satu kebiasaan penerimaan mahasiswa baru yang sudah ada semenjak ‘amak’(nenek) saya masih kecil ialah senioritas disaat penerimaan mahasiswa baru. Senioritas ? apa itu senioritas?  Menurut KBBI senioritas ialah   prioritas status atau tingkatan yg diperoleh dr umur atau lamanya bekerja. Artinya ialah ada jarak antara anak lama dan baru.



Kebanyakan ajang senioritas hanyalah ajang dimana senior ingin sekali dikenal dan ditakuti oleh juniornya, sebenarnya hal seperti ini untuk apa? Kadang perasaan ini muncul karena : “kan kita-kita udah duluan masuk, mereka harus hormat donk dengan kita, mereka kan Cuma tamu baru” atau perasaan dimana senior ingin sekali dihormati dan dipuja oleh junior. Ingin menjadi yang paling beken dikalangan junior. Atau jawaban lainnya : untuk melatih kedisiplinan, untuk menjadi dekat dengan masyarakat kampus. Ada cara yang lebih elegant untuk membuat maba menjadi lebih disiplin dan lebih dekat dengan kakak kelasnya. Bukan dengan ajang perploncoan yang tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang yang sudah canggih, maju dan terdidik.

Saya pernah diospek dengan keras dan kasar. Walaupun saya short term memory, namun masih ada kata-kata kasar seorang senior yang masih saya ingat. Menurut saya kata-kata itu diluar batas kewajaran. Apakah setelah itu saya dekat dengan senior itu ? TIDAK. TIDAK akan ada yang namanya akrab setelah kita dimarah-marahi tidak jelas. Kita tidak punya salah apa-apa. Tiba-tiba dimarahi. Pasti jawaban ini akan sering keluar “ya iyalah, anak manja, mana bisa digituin”. Bantahan saya, berarti senior yang mengatakan ini belum melihat dunia luar yang jauh lebih maju dan  modern. Anak manja dan bukan anak manja akan kesal dan sakit hati ketika dimarahi tidak jelas, dilempari dengan kata-kata kasar dan seniornya berlagak seperti raja yang apa keinginannya harus diikuti. Apalagi nanti levelnya manusia remaja dan dewasa awal seperti SMA dan kuliah dimana mereka sudah bisa berfikir sendiri.

Percayalah orang yang dibesarkan dengan kata-kata kasar akan menjadi orang pembangkang, walaupun tidak ditunjukan  minimal didalam hati. Yakin kita tidak akan meminta bantuan kepada junior dikemudian hari ? istilah minangnya “jan tagigik lidah dek dulu sok senior, kini lebih lunak gigi dari pado lidah dek ka mintak tolong?”



Hati-hati bagi kampus/ fakultas yang masih menjalani aksi senioritas terutama bagi daerah-daerah yang terkenal dengan kesopan-santunannya. Ajang penerimaan mahasiswa baru  merupakan penilaian awal dan seolah-olah bagi mahasiswa baru mencerminkan kultur dikampus tersebut. Dari awal yang mereka lihat hanyalah perploncoan, kekerasan, maka sampai akhir mereka akan beranggapan, ini adalah kampus dimana saya diajarkan untuk membangkang dan ketakukan untuk mengeluarkan pendapat. Dari awal yang terlihat bagi mereka adalah senior yang suka melanggar tatib kampus, acak-acakan,dll maka mereka akan mengikutinya. Sepayah apapun pihak kampus menyuarakan tentang ini akan sama saja. Mereka tidak peduli. Yang mereka tau apa yang mereka lihat diawal.

Dan juga yang paling disayangkan itu ialah kampus / jurusan yang slogannya dekat dengan masyarakat seperti kesehatan. Apa hubungannya ? pernah dengar "lebih baik berobat ke rumah sakit swasta bayar mahal dari pada ke rumah sakit negeri tapi makan hati karena pelayanannya yang jelek?" saya sering. selalu beredar istilah seperti itu yang perawatnya jutek, dokternya kasar, bidannya cemberut, apoteker seenaknya dan bidang lainnya. Bidang ilmu ini pasti sudah mempelajari yang namanya pelayanan profesional, dimana sebagai tenaga kesehatan kita harus bersikap secara profesional, ramah dan lainnya. Ini teori banget bukan. nah kenapa ini masih belum bisa dirubah ketika kita bekerja didunia nyata ? karena mental yang sudah terbangun bahwa diantara kita terbangun jarak superior - inferior (walaupun slogannya pasien dan dokter rekan bukan objek, namun masih belum sesuai dengan teori), mental yang terbangun diantara kita (senior dan junior) ada jarak sehingga setiap adek kelas yang baru masuk ke suatu bagian ada 'pembullyan'. aduh lupa, bahwa bisa saja besok si adek yang dibegitukan menjadi pimpinan kerjanya. Coba kita sebagai tenaga kesehatan yang disumpah untuk mengamdikan diri untuk rakyat dengan bekerja ramah dan profesional. Tentu saja tingkah laku ini tercipta dimulai sejak masih kuliah. Sifat tidak bisa dibuat-buat. Kalau masih suka kesenioritas-an. Maka ya susah membangun sifat berempati.

Saya mempunyai trik bagi kakak kelas yang ingin sekali dikenal oleh junior. Bukan dengan perploncoan tapi dengan :
1.      Kakak kelas buatlah prestasi sebanyak mungkin, dengan seperti itu bagaimanapun kondisi kakak kelas, akan dicari oleh junior untuk dimintai pendapatnya
2.      Kakak kelas aktiflah dalam kegiatan yang positif, seperti organisasi, minat bakat dan lainnya. Yakinlah adek kelas akan bertanya dan menjadikan anda kakak kelas yang menjadi rujukan kakak kelas
3.      Kakak kelas tidak boleh pernah melanggar tatib kampus. Artinya ialah kakak kelas yang bisa menjadi panutan mahasiswa
4.      Kakak kelas aktiflah dalam kegiatan eksternal dan internal kampus. Maka adek kelas dengan sendirinya akan bertanya dan menjadikan kakak kelas sebagai pemandu diskusi 


Mari menjadi kakak kelas yang aktif dan berkontributif yang bisa  menjadi teladan bagi adek kelasnya, maka yakinlah apapun yang si kakak kelas instruksikan adek-adeknya akan menurut dan menjadikan kakak kelasnya rujukan. Bukan dengan perploncoan yang sudah tidak zaman lagi.

Walaupun budaya ini sudah seperti berakar dikalangan mahasiswa. Yakinlah teman-teman semua. Ada cara yang lebih elegant untuk membuat mahasiswa baru menjadi lebih disiplin, termotivasi dan menjadi orang yang luar biasa. Tidak dengan perploncoan/ senioritas/ apalah namanya. Sekarang zaman dimana kita harus menumbuh kembangkan minat mahasiswa satu persatu bukan zaman untuk membuat mereka takut, tertekan dan pembangkang.

Hidup mahasiswa !! 

2 komentar:

 

Segores Tinta, Sekeping Hati, Mujahidah Sejati Blog by Corrina | Facebook