Dulu yang berjilbab itu jarang, sedikit, minoritas, bahkan
dilarang. Tidak seperti sekarang. Wanita berjilbab semakin mudah kita
temukan bukan? Dan dengan berjilbab pula, kecantikannya tidak luntur
sama sekali. Malah sekarang makin diperhias dengan jilbab yang dililit
ini itu, diberi bros yang besar-besar, diperpendek, diperketat, diganti
menjadi bahan yang transparan/tipis guna agar menarik perhatian.
Wanita yang berjilbab sekarang banyak yang menggunakan
dalaman ninja, cukup dihias sedikit dengan jilbab paris (yang hanya
sebagai penghias tentunya). Tidak rapi padahal. Tapi memang sangat
terlihat modis, fashionable, lebih feminim atau apa pun lah namanya.
Bahkan aku pernah melihat model tutorial jilbab, di mana jilbab paris
itu seakan-akan dibuat seperti rambut, dililit-lilit kemudian diberi
pita, atau semacam dikepang. Cantik memang.
Kemudian wanita-wanita yang berjilbab tersebut tidak segan
mengenakan kaos ketat atau celana/rok kaos yang juga menjiplak. Ditambah
gelang besar. Disempurnakan dengan gelang kaki atau high heels tinggi
yang warnanya kontras dengan busananya. Sekali lagi, cantik memang.
Namun, apakah begitu Islam mengajarkan cara berpakaian
pada kita? Begitukah yang tertulis di Al-Qur’an kitab kita, Ukhti?
Hingga kita lupa, bahwa seharusnya kerudung kita itu menutup hingga ke
dada. Bahwa seharusnya, telapak kaki kita juga aurat dan harus juga
dibungkus dengan kaos kaki. Bahwa Al-Qur’an mengajarkan untuk menutup
aurat kita, bukan cuma membalut aurat. Sadarkah kita bahwa kita telah
terhipnotis fashion buatan manusia perusak? Bahwa seharusnya kita tidak
mempertontonkan kecantikan dan perhiasan kita untuk yang bukan muhrim.
Sebaiknya kita merenungi mulai dari hal sepele ini, yaitu
pakaian kita. Jika hal-hal sepele seperti ini saja pikiran kita tercuci,
apalagi hal-hal yang lain. Dengan tagline, “yang penting menutup aurat
kan, daripada engga berjilbab sama sekali”. Menutup yang mana jikalau
lekukan leher mu masih kelihatan Ukhti? Jikalau kamu tambahkan sesuatu
ke dalam jilbab mu sehingga bentuknya seperti punuk unta. Aurat mana
yang dirimu tutup ukhti? Jikalau keindahan kakimu masih tersingkap oleh
mata-mata nakal. Jikalau dada mu masih menantang. Jikalau bajumu semakin
dipendekkan. Aurat mana yang dirimu tutup ukhti?
Semoga kita tetap istiqamah di jalan-Nya. Berpegang teguh
dengan Al-Qur’an. Taat akan perintah-perintah-Nya. Hingga hati ini tak
ragu lagi berkata, Begini lah Jilbab kita Ukhti! Tertutup, longgar dan
panjang. Tidak transparan. Tidak menarik perhatian. Tidak mencetak
perhiasan kita, dan akan selalu kita lestarikan demi adik dan anak-anak
kita kelak. Aamiin.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/11/23922/beginilah-jilbab-kita-ukhtibeginilah-jilbab-kita-ukhti/#ixzz2C0FStj97
0 komentar:
Posting Komentar