Pengantar :
Kadang hidup memang penuh dengan perjuangan, terkadang kita tak pernah menyadari bahwa setiap apa yang kita lakukan adalah ujian… nah terkadang pula didalam menghadapi ujian kadang hati tak sanggup lagi menahanya..
Ketika masa-masa seperti ini biasanya kita
cenderung merasa orang yang paling tidak beruntung dan berujung pada tidak
syukurnya hati terhadap nikmat2 Allah azza wajjala lainnya.. hanya karena
setetes masalah kita mampun melupakan luasnya rahmat Allah..
Apakah yang harus kita lakukan seandainya kita mendapat cobaan dari
Allah..
^Setiap orang yang beriman pasti akan diberikan ujian
oleh Allah subhanahu wata’ala. Ujian tersebut beragam bentuknya, sesuai kondisi
dan kadar keimanan seseorang. Ujian bisa berupa kesenangan dan bisa pula berupa
kesusahan. Dan salah satu dari bentuk ujian tersebut adalah tertimpanya
seseorang dengan suatu penyakit yang menggerogoti dirinya.
Sebagaimana
yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam surat Al-‘Ankabut ayat 1sampai 3,
bahwa hikmah diberikannya ujian kepada kaum mukminin adalah untuk mengetahui[1]
siapa yang jujur dan siapa yang dusta dalam pengakuan iman mereka tersebut.
Demikian
juga ketika sakit, seseorang akan teruji tingkat kejujuran iman dan aqidah dia.
Sangat disayangkan, ternyata di sana masih banyak terjadi
pelanggaran-pelanggaran syari’at yang dilakukan oleh orang yang sedang tertimpa
penyakit.
Di antara
mereka ada yang tidak menerima bahkan menolak takdir Allah yang sedang dia
rasakan tersebut. Bahkan ada yang mengatakan dan mengklaim bahwa Allah tidak
adil kepada dirinya, Allah telah berbuat zhalim kepadanya, dan sebagainya,
na’udzubillah min dzalik. Ada pula yang tidak sabar dan putus asa dengan
keadaannya tersebut sehingga dia sangat berharap ajal segera menjemputnya. Dan
bahkan ada pula yang nekad melakukan upaya bunuh diri dengan harapan
penderitaannya segera berakhir. Ini semua menunjukkan lemahnya iman dan kurang
jujurnya dia dalam ikrar keimanannya tersebut.
Lalu bagaimana
bimbingan syari’at yang mulia dan sempurna ini dalam menyikapi
permasalahan-permasalahan seperti itu?
Solusi apa
yang seharusnya dilakukan oleh setiap hamba yang mengaku beriman kepada Allah
‘azza wajalla, Rasul-Nya dan hari akhir jika tertimpa suatu penyakit agar iman
dan aqidah ini senantiasa terjaga?
Maka kali
ini insya Allah akan kami tengahkan kepada anda, bagaimana syari’at membimbing
anda tentang sikap yang seharusnya dilakukan oleh seseorang yang sedang
mengalami sakit agar dia dikatakan sebagai seorang yang jujur dalam keimanan
dan aqidahnya.
Di antara
sikap tersebut adalah[2]:
1.
Hendaknya dia merasa ridha dengan
takdir dan ketentuan Allah subhanahu wata’ala tersebut, bersabar dengannya dan
berbaik sangka kepada Allah subhanahu wata’ala dengan apa yang sedang dia
rasakan. Karena segala yang dia terima adalah merupakan sesuatu terbaik yang
Allah subhanahu wata’ala berikan padanya. Ini merupakan sikap seorang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan keimanan yang benar. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh sangat menakjubkan urusan seorang mukmin, karena
segala urusannya adalah berupa kebaikan. Dan tidaklah didapatkan keadaan yang
seperti ini kecuali pada diri seorang mukmin saja. Ketika dia mendapatkan
kebahagiaan, dia segera bersyukur. Maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan
ketika dia mendapatkan kesusahan dia bersabar. Maka itu menjadi kebaikan
baginya.” (HR. Muslim dari shahabat Shuhaib bin Sinan radhiyallahu
‘anhu)
Beliau juga
bersabda:
“Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal kecuali dalam keadaan
dia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim dari shahabat Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma)
2.
Hendaknya dia memiliki sikap raja’
(berharap atas rahmat Allah subhanahu wata’ala) dan rasa khauf (takut dan cemas
dari adzab Allah subhanahu wata’ala)
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi
seorang pemuda yang sedang sakit. kemudian beliau bertanya kepadanya:
“Bagaimana keadaanmu?” Pemuda itu menjawab: “Demi Allah ya Rasulullah, sungguh
saya sangat mengharapkan rahmat Allah dan saya takut akan siksa Allah
dikarenakan dosa-dosa saya.” Maka kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidaklah dua sifat tersebut ada pada seorang hamba yang
dalam keadaan seperti ini, kecuali Allah akan memberikan apa yang dia harapkan
dan akan memberi rasa aman dengan apa yang dia takutkan.” (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
3.
Tidak diperbolehkan baginya untuk
mengharapkan kematian segera menjemputnya ketika penyakitnya ternyata semakin
menjadi parah dan memburuk.
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi pamannya
‘Abbas yang sedang sakit. Dia mengeluh dan berharap kematian segera datang
menjemputnya. Maka beliau bersabda kepadanya: “Wahai pamanku, janganlah engkau
berharap kematian itu datang. Jika engkau adalah orang baik, maka engkau bisa
menambah kebaikanmu, dan itu baik untukmu. Namun jika engkau adalah orang yang
banyak melakukan kesalahan, maka engkau dapat mengingkari dan membenahi
kesalahanmu itu, dan itu baik bagimu. maka janganlah berharap akan kematian.” (HR. Ahmad
dan Al-Hakim dari shahabiyyah Ummul Fadhl radhiyallahu ‘anha)
Namun ketika
ternyata dia tidak bisa bersabar dan harus melakukannya, maka hendaknya dia
mengucapkan:
“Ya Allah hidupkanlah aku apabila kehidupan itu lebih baik bagiku. Dan
matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)
4.
Hendaknya dia berwasiat ketika
merasa ajalnya telah dekat untuk dipersiapkan dan dilakukan pengurusan
jenazahnya nanti sesuai dengan bimbingan syari’at dan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan bid’ah. Hal ini sebagai bentuk pengamalan firman Allah
subhanahu wata’ala :
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka.” (At-Tahrim: 6)
Dan di sana
banyak kisah- kisah para sahabat yang mereka berwasiat dengan hal ini ketika
merasa ajal segera menjemputnya. Salah satunya adalah kisah shahabat Hudzaifah
radhiyallahu ‘anhu yang pernah berwasiat ketika dia merasa ajal telah dekat.
Dia berkata:
“Jika aku mati, janganlah kalian mengumumkannya. aku takut
kalau perbuatan tersebut termasuk na’i (mengumumkan kematian yang dilarang
sebagaimana dilakukan orang-orang jahiliyyah), karena sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah melarang perbuatan na’i tersebut.” (HR.
At-Tirmidzi)
Al-Imam
An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkar: “Sangat dianjurkan
bagi seorang muslim untuk berwasiat kepada keluarganya agar meninggalkan
kebiasaan atau adat yang ada dari berbagai bentuk kebid’ahan dalam
penyelenggaraan jenazah. Dan hendaknya dia menekankan permasalahan itu.”
Wallahu
A’lam.
Diringkas dari Kitab Ahkamul Jana-iz
karya Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah oleh
Al-Ustadz Abdullah Imam.
Syarat-syarat terkabulnya do’a
1) Hendaknya kita hanya
meminta kepada Allah swt, tidak mempersekutukanNya dengan siapapun
“Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
(QS Al-Fatihah 5)
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon
kepada-Ku.” (QS Al-Baqarah 186)
2) Hendaknya kita
semakin banyak melaksanakan berbagai perintah Allah berlandaskan iman
kepada-Nya, serta dengan jalan menghidupkan berbagai sunnah Rasulullah
saw
”Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku.” (QS
Al-Baqarah 186)
“Katakanlah,
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran 31)
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran 31)
3) Hendaknya isi
redaksi do’a tidak hanya mencakup urusan dunia semata, melainkan mencakup
urusan dunia dan akhirat sekaligus
“Maka di
antara manusia ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di
akhirat.
Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS Al-Baqarah 200-202)
Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS Al-Baqarah 200-202)
“Barangsiapa
yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya
dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di
akhirat.” (QS Asy-Syuro 20)
4) Hendaknya do’a disampaikan
dengan “merendahkan diri” dan “suara yang lembut”
“Berdo`alah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-A’raf 55)
Dalam Shahihain diriwayatkan bahwa Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa orang-orang mengeraskan suaranya ketika berdo’a, maka Rasulullah saw bersabda:
Dalam Shahihain diriwayatkan bahwa Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa orang-orang mengeraskan suaranya ketika berdo’a, maka Rasulullah saw bersabda:
“Hai
manusia, kasihanilah dirimu karena kamu bukan menyeru kepada yang tuli dan
gha’ib (tidak ada), yang kamu seru itu adalah Maha Mendengar,
Maha Melihat dan Maha Dekat.”(HR Bukhari 22/385)
Maha Melihat dan Maha Dekat.”(HR Bukhari 22/385)
5) Hendaknya pada
saat berdo’a memadukan di dalam jiwa perasaan “berharap” dan “takut”.
Berharap kepada Allah swt agar do’a tersebut dikabulkanNya, dan cemas
kalau-kalau do’a kita tidak dikabulkan, bahkan tidak didengarNya.
“…dan
berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan).” (QS Al-A’raf 56)
6) Hendaknya kita meyakini
bahwa do’a kita pasti InsyaAllah dikabulkanNya. Cepat ataupun lambat.
Di dunia ini maupun di akhirat kelak nanti. Yang penting kita tidak memaksa
atau “mendikte” Allah swt, suatu hal yang memang mustahil.
“Dan Tuhanmu
berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mu’min 60)
Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah yang pedih. Maka Rasulullah saw bersabda:
Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah yang pedih. Maka Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
tidak berdo’a kepada Allah swt, maka Allah murka kepadaNya.”
(HR Ahmad).
(HR Ahmad).
10 Hal
tidak dikabulkannya do’a :
Lampirkan kisah seorang
ulama besar di zaman tabi’in,yang akan menjawab prasangka tentang tidak
terkabulnya do’a.
Ibrahim
bin Adham pernah ditanya oleh salah seorang muridnya,
“Mengapa doa kita sering tidak dikabulkan padahal Allah memberikan jaminan akan mengabulkan doa hamba-Nya?”
“Mengapa doa kita sering tidak dikabulkan padahal Allah memberikan jaminan akan mengabulkan doa hamba-Nya?”
Ibrahim bin Adham
menjawab,
“Sesungguhnya
Allah swt. akan selalu mengabulkan doa hamba-Nya, namun ada beberapa perilaku
manusia yang menghalangi dikabulkannya doa, yaitu:
1.
Kalian mengerti tentang Allah,
tetapi mengapa kalian tidak menaati-Nya?
2.
Kalian membaca Al Quran, tetapi
mengapa kalian tidak mengamalkan isinya?
3.
Kalian mengerti tentang setan,
tetapi mengapa kalian mengikuti ajakannya?
4.
kalian mengaku cinta kepada
Rasulullah saw., tetapi mengapa kalian mengingkari sunahnya?
5.
Kalian mengaku cinta pada surga,
tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya?
6.
Kalian mengaku takut neraka,
tetapi mengapa kalian selalu melakukan dosa?
7.
Kalian mengatakan bahwa mati itu
pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya?
8.
Kalian sibuk mengurus aib atau
cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau memperhatikan aib sendiri?
9.
Kalian memakan rezeki Allah,
tetapi mengapa kalian tidak bersyukur kepada-Nya?
10. Kalian menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambil
pelajaran?
Penyebab Terhalangnya Doa
- Mengkonsumsi Makanan Haram
Makanan haram
dapat menghilangkan kekuatan doa dan melemahkannya. Dalam shahih muslim dan
lainnya disebutkan hadist dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda : “Wahai
manusia, sesungguhnya Allah Swt Maha Baik dan dia tidak akan menerima kecuali
dari yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman dengan apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman
: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan’ (QS. Al-Mu’minun : 51). Dan berfirman pula : ‘Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada
Allah kamu menyembah’ (QS. Al-Baqarah : 172). Kemudian Rasulullah
menyebutkan tentang seorang yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya
terurai dan berdebu, lalu mengangkat tangannya ke langit : ‘Ya Rabbi, Ya Rabbi,
‘ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiananya haram, dan dagingnya
tumbuh dari yang haram. Maka bagaimana dia akan dikabulkan untuk itu ?”
Hadist ini menunjukkan, sulit untuk dikabulkan orang yang makanannya tidak
baik, minumannya tidak baik dan pakaiannya tidak baik. Orang yang berdoa ini,
yang telah disebutkan oleh Nabi saw, melakukan perjalanan yang panjang. Padahal
doa seorang musafir punya peluang besar dikabulkan.
- Tergesa-gesa dan Putus Asa
Ini terjadi ketika
seseorang berkata, misalnya “Aku sudah berkali-kali berdoa, namun tidak
melihat tanda-tanda doaku itu diterima”. Ketergesaan ini merupakan salah
satu sebab utama terhalangnya doa untuk dikabulkan. Yang diharapkan, seorang
hamba mengetahui bahwa dia harus berdoa, memanjatkan kebutuhannya kepada Allah
dan menyerahkan hasilnya hanya kepada-Nya. Seorang arab badui mengatakan “Ya
Allah, aku berdoa kepada-Mu sebagaimana Engkau perintahkan kepadaku maka
kabulkanlah doa kami sebagaimana Kau menjanjikannya kepada kami” Dalam shahih
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda : “Akan
dikabulkan untuk salah seorang dari kalian, selagi dia tidak tergesa-gesa,
dengan mengatakan, ‘aku berdoa kepada Allah, namun Dia tidak mengabulkan”
Dalam hadist ini, dan juga hadist sebelumnya terdapat anjuran bagi seseorang
untuk tidak tergesa-gesa agar doanya diterima, hingga ia tak mau lagi berdoa.
Jika demikian, dia sama persis dengan orang yang mengungkit-ungkit doanya. Atau
dia merasa telah berdoa, yang dengan hal itu doanya harus dikabulkan, maka
seakan-akan dia menjadi orang yang no. 1 bagi Allah Swt. Sebagian ulama
mengatakan, “Ditangguhkannya pemberian meski sudah dilakukan berulang-ulang
dalam doa tidak menjadi alasan bagi anda untuk berputus as. Karena Allah
menjamin doa anda akan dikabulkan dalam bentuk yang akan Dia pilih untukmu,
bukan dalam bentuk yang anda pilih. Dan dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan
waktu yang anda kehendaki”.
- Doa Meminta Dosa dan Memutus Silaturahmi
Salah satu yang
merusak doa adalah berdoa untuk suatu yang jelek dan jahat. Dalam hadist yang
terdapat dalam shahih Muslim disebutkan ” “Seorang hamba akan selalu
dikabulkan doanya selagi dia tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau memutuskan
silaturahmi, selagi dia tidak tergesa-gesa” Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah
seorang muslim berdoa kepada Allah Swt dengan sesuatu yang tidak mengandung
perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim, kecuali Allah akan memberinya salah
satu dari tiga hal : adakalanya doa segera dikabulkan, adakalanya disimpan
baginya di akhirat dan adakalanya dia dihindarkan dari keburukan seukuran doa
itu” Para sahabat bertanya, ‘karena itu kami memperbanyak doa’ Nabi menjawab,
‘Allah Mahabanyak memberi” (HR. Ahmad <shahih>)
- Mendoakan Keburukan untuk Diri Sendiri, Harta dan Anaknya
Rasulullah saw
bersabda : “Janganlah kalian berdoa atas diri kalian kecuali dengan
kebaikan, karena Malaikat mengamini apa yang kalian katakan” (HR.Muslim)
Masuk dalam konteks ini adalah berdoa untuk kematian diri sendiri dengan tanpa
adanya fitnah dalam agama. Rasulullah bersabda “Janganlah kalian berdoa
meminta mati dan jangan mengharap-harapkannya. Jika ada orang yang harus berdoa
maka hendaknya dia mengatakan, ‘Ya Allah hidupkan aku jika hidup itu lebih baik
bagiku dan matikan aku jika kematian itu lebih baik bagiku” (HR. Ibnu Majah)
Seseorang tidak boleh pula berdoa keburukan untuk anak dan harta, karena
dikhawatirkan bertepatan waktunya dengan waktu-waktu yang dikabulkan.
Rasulullah bersabda : “Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri
kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan untuk anak kalian, janganlah kalian
mendoakan keburukan untuk harta kalian. Jangan sampai kalian berada dalam suatu
waktu dengan Allah yang bila digunakan untuk berdoa (jelek), Allah akan
mengabulkan doa (jelek) kalian.” (HR. Muslim)
- Melakukan Perbuatan Zhalim dan Kemaksiatan
Kezhaliman adalah
pelanggaran dan Allah tidak menyukain orang-orang yang melakukan pelanggaran.
Secara logika, bagaimana orang yang mengenyampingkan hak manusia, lalu ia
mengharapkan pada Allah agar Dia memberikan haknya ? Bagaimana bisa orang yang
berbuat aniaya itu berusaha berdoa sedang orang yang ia aniaya juga berdoa,
hingga doa orang yang ia aniaya itu menghancurkan doanya ? “Waspadalah pada
doa orang yang terzhalimi. Allah akan mengangkat doanya di atas awan dan
mengatakan kepada doa itu ‘demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku pasti akan
menolongmu meskipun setelah beberapa waktu” (HR. Tirmidzi)
- Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Mengingkari
kemungkaran adalah wajib bagi setiap orang islam yang dalam dirinya sudah
terdapat syarat-syarat untuk itu. Mengingkari kemungkaran ada 3 tingakatan.
Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran,
maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka
hendaknya ia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaknya ia
mengubahnya dengan hatinya. Dan itu adalah iman yang paling lemah”
Al-Qur’an menjelaskan, melaksanakan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar
merupakan salah satu sebab kebahagiaan. “Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar ; mereka adalah orang-orang yang beruntung” (QS.
Ali-Imron : 104) Allah memberi peringatan kepada hamba-Nya untuk tidak
meninggalkan kewajibannya. Allah menjelaskan, meninggalkan kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar merupakan salah saru sebab datangnya bencana. “Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS.
Al-Maidah : 78-79) Nabi menjelaskan, meninggalka kewajiban agama ini,
bisa meratakan siksa Allah pada umatnya. Artinya tidak khusus kepada seseorang,
namun kesemua orang. Di antara siksa tersebut, adalah tidak dikabulkannya doa.
- Melakukan Dosa -dosa Tertentu
Rasulullah
bersabda : “3 orang yang berdoa kepada Allah Swt namun tidak dikabulkan
bagi mereka : seorang punya istri yang akhlaknya rusak namun ia tidak
menceraikannya, seseorang yang menyerahkan hartanya pada orang lain namun ia
tidak melakukan persaksian atasnya dan seorang yang memberikan harta pada orang
yang lemah mentalnya” Ulama mengatakan, orang pertama, yang punya istri
yang akhlaknya rusak namun tidak menceraikannya. Doa tidak dikabulkan karena ia
menyiksa dirinya sendiri dengan terus berhubungan dengan istrinya, padahal ia
punya kesempatan untuk menceraikannya. Orang kedua, yaitu orang yang punya hak
harta atas orang lain, namun ia tidak melakukan persaksian hingga orang lain
itu mengingkarinya. Jika pemilik harta itu mendoakan keburukan atas orang yag
mengingkarinya, doanya tidak akan dikabulkan. Karena ia telah teladan melanggar
ketentuan dengan tidak mematuhi perintah Allah Swt. Sedang orang ketiga, yaitu
orang yang memberi harta pada orang yang safih (idiot), padahal ia tahu orang
itu tertahan. Jika ia berdoa buruk pada anak itu doanya tidak akan diterima.
Karena itu melanggar perintah Allah.
- Meninggalkan Kewajiban dan Sunnah, serta Memusuhi Kekasih-kekasih Allah
“Sesungguhnya
Allah berfirman (dalam hadist qudsi) : ‘Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku maka
Aku umumkan perang atasnya. Dan seorang hamba tidak mendekatkan diri kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih Aku suka dari apa yang telah Aku wajibkan. Seorang
hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amal-amal nafilah (sunnah)
hingga Aku mencintainya. Dan jika Aku mencintainya, maka Aku akan menjadi
pedengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku akan menjadi penglihatannya
yang ia gunakan untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk
menangkap dan Aku akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya dan jika ia meminta perlindungan
kepada-Ku pasti dia akan Aku lindungi” Dengan
demikian jika engkau ingin menjadi orang yang dikabulkan doanya, maka
kasihanilah kekasih Allah dan musuhilah musuh Allah. Selain itu, selalu
lakukanlah kewajiban-kewajiban dari Allah dan berusahalah sekuat upaya untuk
melakukan amal-amal sunnah.
Do’a- do’a ^_^
Do'a Meminta Kesabaran
RABBANAA AFRIGH 'ALAINAA SHABRAN WA TSABITS AQDAAMANAA
WANSHURNA 'ALALQAUMIL KAAFIRIINA.
Artinya: Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran
atas kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir."
Referensi .. do’a2 didalam
Al-Qur’an ^_^
Do’a agar diberi kemudahan dalam menyelesaikan masalah (20:25-28)
Do’a agar ditambah ilmu (20:114)
Do’a agar dilindungi dari godaan syetan (23:97-98)
Do’a agar diampuni dosa dan dirahmati (23:109)
"Yakinlah bahwa hidup kita sudah
diatur oleh Allah dengan komposisi yang pas.. komposisi yang sama antara satu
dengan yang lain.. bisa jadi kita sedang ditimpa cobaan saat ini supaya kita
bisa bersabar lebih banyak dari pada orang lain,,,
Ilmu sabar tak akan pernah
didapat dari sekolah.. tapi ilmu sabar hanya bisa didapat dari sebanyak apa
pengalaman yang selalu kita sabarkan.. mungkin saat ini kita mempunyai
kekurangan dari orang lain.. tapi kalau dari segi kesabaran .. Wallahu’alam..
^_^
yakinlah didalam hati bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya.. namun didalam proses penantian itu kita diharuskan untuk mempersiapkan peluru sabar lebih banyak..
yakinlah didalam hati bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya.. namun didalam proses penantian itu kita diharuskan untuk mempersiapkan peluru sabar lebih banyak..
Bisa jadi juga Allah memberikan
cobaan dengan maksud peringatan buat kita agar lebih memperbaiki diri..
mengingat kesalahan2 masa lalu yang mengantarkan kita pada keadaan sekarang..
walaupun dimasa lalu hanya hati yang bermain. Siapa tau didalam isi hati itu
pernah terdapat hinaan terhadap orang lain. Pernah terdapat cercaan,
kesombongan.. minta ma’af lah kepada semua orang yang pernah dicerca oleh hati..
Karena semuanya diciptakan oleh
Allah dengan hikmah termanisnya.. ^_^
Bersabar dan lapangkan dada..
Hanya kepada Allah mengadu dan
kadukanlah semua beban didalam hati..kadukan semua gundah didalam hati..
Mencoba belajar berdialog dari
hati kecil kepada Allah. Insya Allah tidak akan pernah ada lagi rasa kurang
syukur dari dalam hati.. yang ada adalah kesyukuran memuncah didalam jiwa.. ^_^
Wallahu’alam bishawab"
(C-H)
0 komentar:
Posting Komentar